Kumpulan Kisah Humanis

Menebar Kasih, Menuai Harapan
15 Maret 2017Sebelas tahun relawan Tzu Chi Batam menebar cinta kasih dan berkomitmen untuk membantu yang tidak mampu. Barisan Bodhisatwa semakin panjang, kegiatan semakin berkembang, dan fondasi cinta kasih pun semakin dalam.

Merawat Anak-anak Istimewa
02 Februari 2017Menggandeng
tangan mungil Aling menjadi rutinitas pagi seorang pengasuh di Lembaga
Penyantun Anak (LPA) Guna Nanda, Cakung, Jakarta Timur. Aling ikut saja tanpa
berontak saat tangannya digenggam. Rambutnya masih basah usai mandi pagi, wajahnya
lugu penuh kepolosan, matanya kecil, dan tulang pinggulnya agak bengkok ke
depan.
Meneladani Vegetarian Muda
19 Januari 2017Vincent Fransidy dan Jennifer Cendana merupakan
dua dari sekian banyak anak yang bertekad untuk
menjalani hidup dengan pola makan vegetaris. Keputusan dua Bodhisatwa cilik ini
untuk menjadi vegetarian menuai reaksi positif dari berbagai pihak.
Melindungi Bumi, Memberkahi Diri
06 Januari 2017Brilianto atau yang akrab
disapa Brian memiliki kebiasaan mengumpulkan sampah-sampah daur ulang di
sekitar tempat tinggalnya. Mayoritas adalah botol-botol plastik minuman
kemasan. Brian juga merupakan salah satu penerima bantuan pendidikan Tzu Chi. Ia
memiliki inisiatif untuk melestarikan lingkungan karena terinspirasi dari
kegiatan yang ia ikuti di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Kelapa Gading,
Jakarta Utara.

Mencari Terang ke Kota Singkawang
08 November 2016Katarak telah membatasi
ruang gerak banyak orang. Namun, tak semua orang bisa dengan mudah mendapatkan
akses operasi katarak. Lewat baksos katarak, Yayasan Buddha Tzu Chi Singkawang
menciptakan akses tersebut.
.jpg)
Mewujudkan Angan yang Nyaris Padam
19 Oktober 2016Hati Marham merasa senang tak terkira setiap kali mendorong satu gerobak pasir ke arah rumahnya. Ia seperti terbakar. Bukan oleh teriknya matahari, namun karena semangat. Ia terbakar semangat. Tiap butiran pasir yang ia pindahkan, rasanya mewakili rasa bahagianya yang sukar dihitung oleh angka. Berjuta-juta kegembiraan dan mungkin miliaran rasa syukur.
Hati Marham merasanya senang tak
terkira setiap kali ia mendorong satu gerobak pasir ke
arah rumahnya. Ia seperti terbakar. Bukan oleh teriknya matahari, namun karena
semangat. Ia terbakar semangat. Tiap butiran pasir yang ia pindahkan, rasanya mewakili
rasa bahagianya yang sukar dihitung oleh angka. Berjuta-juta kegembiraan dan
mungkin miliaran rasa syukur.
.jpg)
Hadiah untuk Engellie
06 Oktober 2016Di usia yang masih belia, Engellie (10) terkena stroke hingga lumpuh. Setelah melalui proses pengobatan panjang, siswi kelas 5 SD Cinta Kasih Tzu Chi ini pun kini sudah dapat kembali beraktivitas, bahkan melanjutkan sekolahnya kembali.
.jpg)
Berdiri Tegap di Usia 26 Tahun
31 Agustus 2016Meskipun mempunyai kekurangan, Tuan Zhi selalu optimis. Ia
belajar untuk mandiri dan membantu pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian,
memasak, juga membersihkan lantai. Ia bahkan memperoleh pekerjaan tetap di
sebuah sekolah bagi para penderita autisme. Namun, karena struktur
tulangnya masih tumbuh
dan semakin banyaknya kegiatan
yang ia lakukan sehari-hari, ia
mulai mengalami rasa sakit di
pinggang dan kaki.

Inspirasi dari Rumah Besi
15 Juli 2016Berawal dari keinginan memiliki rumah yang asri, nyaman, ramah lingkungan, dan terjangkau biayanya, pasangan arsitek ini mendesain rumah mereka secara berbeda.
.jpg)
Buah Manis Perjuangan Tjeng Nio
09 Juni 2016 Sembari lewat, ia menghampiri pedagang lain yang berada tak jauh dari tempatnya berjualan, lalu menyerahkan sebuah lembaran kertas berwarna merah muda yang ternyata merupakan tanda bukti donasi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Membina Desa Mandiri Pangan
15 Januari 2016 Sejak pertengahan tahun 2012 lalu, Bambang didaulat untuk menjadi koordinator tim ahli pertanian Tzu Chi dalam program pertanian berkelanjutan di beberapa wilayah di Singkawang. Sebelumnya, pada bulan Mei di tahun yang sama, lima ahli pertanian dari Tzu Chi Taiwan datang untuk melakukan survei terhadap pertanian di sana.
Hidup dengan Percaya Diri
10 November 2015 Selama lebih dari separuh usianya yang kini telah mencapai kepala tiga, Yang Xiaodong menjalani kehidupannya dengan tubuh terlipat– terjebak dalam postur tubuh yang tidak dapat dibayangkan oleh orang pada umumnya. Dagunya nyaris menyentuh lutut kakinya dan hal ini membuat dirinya tidak dapat tidur telentang atau berdiri tegak.
Berkawan dengan Sinabung
25 September 2015Keselamatan dan kebutuhan hidup, dua hal
inilah yang dipertaruhkan warga yang tinggal di kaki Gunung Sinabung. Lebih
dari 4 tahun mereka dibayangi kekhawatiran dan kecemasan. Khawatir akan gunung
yang akan kembali meletus, dan kecemasan akan masa depan anak-anak mereka.
Hidup adalah pilihan, dan warga pun memilih untuk berkawan dengan bencana.

Meniti Asa Melalui Sentuhan Jemari
01 September 2015Bagi kaum tunanetra, adanya relawan ketik
membuat mereka bisa sedikit bernapas dalam ruang yang disebut masyarakat, yang
dinilai sebagai pembentuk stigma oleh Aria.
